Sabtu, 15 Januari 2011

Cinta tak selamanya romantis

Maria-Popa berkumpul kembali setelah Maria lulus sekolah dan dikota berikut mereka tetap intens bertemu. Mereka menghabiskan waktu dengan belajar bersama untuk menempuh test PT Negeri kota setempat. Kadang Maria main ke kostnya, kadang Popa yang main ke rumah Maria. Mereka berdua diterima dengan PT yang berbeda.
Kendala mulai datang, bertubi-tubi Kak Helga . . . kakak yang bawel, mulai menteror diri Maria, setiap Maria habis berjumpa dengan Popa. Ada saja kata-kata yang dilontarkan yang menyakitkan hati Maria. Kak Helga memang mempunyai peringgai kurang baik terhadap Maria, selama hidup Maria sempat beberapa kali teman yang menaruh hati pada Maria, diminta  untuk menjadi kekasihnya, tapi bila Kak Helga tidak menginginkan teman Maria, pasti Maria akan di teror dengan segala macam nasehatnya. Memang menyakitkan, tapi Maria tidak bisa mengelak, Maria hanya seorang adik yang notabene harus menurutnya.

Perjumpaan Maria-Popa makin jarang, hanya ke rumah Tuhan mereka tetap bersama. Maria merasa tidak lengkap bila ke rumah Tuhan sendirian. Maria sangat menikmati setiap saat bersamanya, walaupun sekarang mereka sudah tidak pernah bermesraan. Tatapan mata dan kata-kata Popa selalu membuat hati Maria bahagia. Kadang saja Popa mencium Maria dengan sekilas. Hati Maria selalu bertanya-tanya :" cintakah Kak Popa padaku" ?. Tapi mulut Maria selalu terkunci, bila Popa berada disisinya. Hal ini membuat jurang semakin dalam, antara Maria dan Popa, tidak pernah bersatu lagi. Pernah suatu ketika Popa mengajak Maria nonton, tentang salah satu tokoh sejarah dunia, sayang ditengah-tengah asyiknya filem main, penyakit Maria kambuh, rasa sakit yang sangat membuat keringat Maria bercucuran, membuat otak Maria tak mampu lagi mencerna jalan cerita filem, akhirnya Maria meminta izin Popa agar dapat pulang lebih awal, sebelum filem habis. Entah apa yang terpikir oleh Popa atas peristiwa ini.

Selama perjalanan Popa diam membisu, Maria merasa Popa tidak senang, mungkin Popa merasa Maria sekedar alasan agar segera pulang, padahal ketika berangkat dalam keadaan sehat walafiat. "Kak Popa . . . saya sangat menyesal dengan kejadian ini" : Maria berkata dalam hati. Maria sudah tidak bisa berkata-kata, karena merasakan sakit.
Suatu hari Popa pamit akan pergi mendaki, hari-hari berikut Maria merasa hari berjalan dengan lambat serasa hari tidak berjalan,  hingga akhirnya Popa pulang mendaki dan membawa oleh2  bunga edelweis . . . bunga lambang cinta abadi. Popa hanya mengantar sebentar oleh-oleh tersebut, tanpa mencium atau memeluk Maria.  Popa hanya menatap sebentar dan bergegas pulang. "Kak Popa . . . tidakkah engkau merasa saya  merindukanmu": Maria terisak sambil melangkah masuk kost.  Walaupun keadaan sudah seperti ini mereka masih selalu berdua bila ke rumah Tuhan. Mungkin di hati Popa selalu ada Maria, tapi susah untuk mengatakannya. Dan Maria selalu merasa Popa tidak pernah keberatan untuk pergi ke rumah Tuhan bersamanya. Cinta tanpa diungkapkan ternyata membuat semuanya semakin tidak jelas. Maria hanyalah gadis kuno, walaupun dibesarkan di kota, Maria yang tidak mempunyai keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan kata cinta pada Popa.

Mungkin semua ini terjadi lantaran teror yang dilakukan oleh Kak Helga, sehingga Maria-pun tidak bisa bersikap mesra pada Popa, hanya menunggu reaksi Popa. Ternyata Popa tidak bereaksi apapun juga. Tak pernah ada satu pertanyaanpun Popa ajukan pada Maria, nampak semuanya berjalan seperti biasa, tapi sebenarnya semua berjalan secara hambar.

Dalam ketidak jelasan ini, Maria semakin dekat dengan cowok lain, sayang mereka tidak seiman sehingga percintaan Maria kali ini pun harus dilaluinya dengan putus sambung.
Diposkan oleh maria_popa di 00.40 , Jum’at 6 Agustus 2010.

Masa Indah


Ditahun itu, Maria terpaksa ikut Ortu pindah kesuatu kota dipulau lain, dikarenakan menurut  kak Helga yang merasa lebih dewasa, usia Maria rawan untuk jauh dari pengawasan Ortu, walaupun di sekolah Maria tercinta ada asramanya. Sekolah yang tinggal 1 tahun lagi terpaksa  Maria tinggalkan, demi menuruti keinginan Kak Helga . Maria yang suka ketenangan selalu berusaha mengerjakan apa yang mereka inginkan dibanding Maria harus melawan mereka.

Rumah Tuhan yang senantiasa Maria kunjungi, dia tinggalkan pula dengan derai air mata, sudah berapa kali Maria kesana, tidak terhitung lagi jumlahnya, karena Maria sangat setia, tidak pandang hari, Maria berada dalam rumah Tuhan itu. Semua yang Maria cintai harus, dia tinggalkan demi seorang Kak Helga yang bawel "menutup" mulut. Padahal dalam hal bergaul dia tidak lebih baik dari Maria. Malah Maria menganggap dia "lebih berani", tapi Maria sebagai adik harus menurutnya.

Sebelum berangkat ke kota tujuan, Maria sempat sebulan di kota lain, main ke rumah Kak Lidya, seorang Kakaknya yang cukup berada. Maria menghabiskan waktu libur dibawah pengawasannya. Maria pencinta rumah, dia merasa seperti dirumah sendiri, rumah  adalah tempat bermain yang ideal buat Maria dan anak-anaknya Kak Lidya. Maria jarang keluar rumah, sampai Kak Lidya mengajak bermain volly atau sekedar menghirup udara kota. Kak Lidya pikir Maria akan jenuh bila hanya tinggal di rumah.

Begitu tiba waktu pindah, Maria pulang kekota asal hanya sempat semalam, langsung esoknya terbang ke pulau lain. Sesampai disana Maria tinggal di rumah seorang Kakak laki-lakinya yang bernama  Obadias  yang masih kuliah, sambil menunggu Ibu  Maria yang akan pindah beberapa bulan lagi. Ayah Maria kerja di kota lain yang sangat jauh dari tempat Maria akan menimba ilmu. Sama sajakan tetap tidak ada Ortu, tapi ada Kak Obadias.

Maria sempat syok dengan lingkungan Kak Obadias tinggal dan menu masakan mereka. Sangat jauh berbeda dengan sajian Ortu Maria, maklum beda bumbu. Berat badan Maria turun 5 kg, hingga Ibu Maria tidak kenal lagi pada saat bertemu lagi. Ibu Maria terisak saat melihat Maria  yang sangat kurus. Padahal Maria sangat senang dengan tubuh kurusnya, karena merasa selama ini selalu gagal dalam diet melangsingkan tubuh.

Kak Obadias terpaksa berkeliling mencari rumah Tuhan buat Maria. Mereka berbeda agama, memang keluarga Maria demokrasi sekali, jadi hal ini biasa saja. Begitu Maria tahu alamat rumah Tuhan, dihari kebaktian berikutnya sudah muncul disana. Maria yang super cuek [mungkin], merasa nyaman waktu masuk keruangan, tak ada keraguan, langsung mengambil posisi duduk tanpa bertanya-tanya dan mengikuti semua acara tanpa malu-malu. Apakah suara Maria terlalu keras ataukah pelan ?. Maria pribadi tidak begitu peduli, karena semua pikirannya terpusat pada doa-doa itu. Setelah selesai kebaktian, seperti biasa langsung pulang [mungkin juga kebiasaan jeleknya].

Menjelang Maria keluar dari pagar, seorang anak laki-laki [anak???] menyapanya, mengajak kenalan. Maria terkejut tapi senang . . . mmm cakep sekali cowok ini. [tentu dalam hati]. Mereka sempat bercakap sejenak dan Maria pamit pulang lebih dulu. Maria tidak terbiasa mengobrol sepulang kebaktian, biasanya di kota asal Maria mengobrol sebelum kebaktian, basa basi dengan teman2. Maria-kan, anak sibuk dengan berbagai tugas Rumah Tangga, jadi tidak pernah nyantai diluar rumah.

Perkenalan ini berlanjut dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Waktu ini Maria belum resmi jadi pacar Popa, tapi Popa selalu ada dimana Maria ada. Ada peristiwa yang sangat Maria ingat, ketika para remaja membuat acara piknik ke suatu air terjun yang indah dan ada kolam renangnya. Maria yang tidak membawa baju renang, hanya bermain air, pada sungai kecilnya, tak lama kemudian Popa hadir disebelahnya, tentu setelah Popa selesai berenang, sambil membawa rujak, dan mempersilahkan Maria makan satu piring dengannya. Maria malu sekali, malu sama teman, malu sama dia, sehingga Maria tidak dapat menikmati rujak yang disukainya itu. Entah apa pikiran teman-teman itu, atau apakah dia memang siramah yang baik hati, begitu pikir Maria. Yang pasti Maria sangat salah tingkah. Acara makan ikan bakarpun tiba-tiba membuat Maria segera merasa kenyang, karena Popa selalu ada disisinya. Ya ampun . . . gadis, kenapa kamu memalukan sekali, kayak belum pernah dekat sama mahluk yang bernama laki-laki, bisa salah tingkah begitu.

Sejak piknik itu mereka selalu semakin berdua, dan Maria resmi jadi pacar Popa, walaupun tak ada kata-kata "aku cinta padamu". Mereka ke rumah Tuhan bersama, bermain ke pulau yang lain, ke perpustakaan juga ketempat latihan olah tubuh bersama pula. Mereka berhujan-hujanan, berpanas-panasan, dengan sangat bahagia. Sekalipun Maria sering berpergian dengan Popa, hanya sesekali Popa mencium dan memeluk Maria dengan penuh lembut. Mereka hanya sering berpegangan tangan, saling mengenggam. Popa memang pemuda yang sopan dan pendiam. Hingga akhirnya mereka harus berpisah, karena Popa melanjutkan sekolah diluar pulau itu. Maria sangat sedih, sedih sekali hatinya harus berpisah dengan orang yang dicintainya, tapi Mereka selalu berkabar tentunya dengan saling surat-suratan. Dan akhirnya setahun dapat mereka lalui dengan baik dan Maria mendapat hasil nilai yang sangat baik pula. Maria kembali ke kota asalnya.

Maria sungguh mencintainya, Maria bahagia Tuhan memberi pacar orang yang seiman, yang cinta Rumah Tuhan , juga aktif di rumah Tuhan, apalagi sangat cakep dimata Maria. Hal ini sangat selaras dengan jiwanya. Maria dan Popa di baptis bersama. Masing-masing  mendapat nama baru dari "guru" yang mereka cintai.
Diposkan oleh maria_popa di 10.27, Kamis 5 Agustus 2010.

Cita-cita Maria

Maria sangat mendambakan hidup bahagia, sebelum Maria harus meninggalkan dunia. Maria sangat menginginkan menjadi seorang "samana", hidup di jalan Tuhan, dalam keadaan sehat, dicintai semua orang dilingkungan yang baru, juga mendapat kebutuhan materi yang cukup, yang mana buat seorang samana memang tidak memerlukan macam-macam dalam hidup.
Bukan Maria pesimis, sebagai manusia adakalanya sehat dan adakalanya sakit, andai Maria sebagai samana kemudian sakit, tanpa adanya kecukupan materi, artinya Maria tidak bisa berobat, atau mendadak ada kedukaan dalam keluarganya. Maria merasa ingin hadir juga diantara mereka, mendoakan yang mau pergi "berpulang" atau berdoa agar mereka hidup sehat dan bahagia kembali, diantara mereka. Jadi itulah yang Maria maksud kecukupan materi.

Sekarang pun Maria sangat berkecukupan materi, bila sakit ya berobat, bila ingin jenguk keluarga, sakit, meninggal atau pernikahan bisa jalan kesana. Walaupun Maria hidup berkecukupan hati Maria tak pernah merasa tenang dan nyaman. Selain cita-cita Maria tidak atau belum kesampaian, Maria selalu harus mengorbankan perasaan karena keadaan Rumah tangganya kurang harmonis.

Bukan sekali dua kali Maria harus mengorbankan perasaannya, yang orang bilang, hidup makan hati, bagaimana bisa bahagia. Begitulah hidup Maria antara kebahagiaan dan penderitaan, tidak seimbang, banyak menderita bathin daripada bahagianya.

Maria selalu merayu hatinya untuk menerima onak kehidupan ini dengan hati lapang, entah karena Maria masih manusia biasa atau karena Maria merasa tidak bisa "legowo" hal-hal ini sering membuat Maria terpuruk dalam tangis.

Maria berusaha, untuk selalu mempunyai hati samana, walaupun Maria tidak menjadi samana dalam biara, hidup penuh hati-hati, dan waspada, untuk tidak mencari kesenangan dalam hal materi atau mengumbar nafsu, yang sebenarnya dapat Maria kerjakan kapan saja. Sebagai pelampiasan hati yang tertekan dan gundah ini. Semua balas dendam tidak Maria lakukan karena Maria tidak ingin sedikitpun kwalitas dirinya menurun. Syukur-syukur Maria dapat bersikap bijaksana dalam menghabiskan waktu hidupnya. Yang Maria tahu hal ini sangat sulit untuk dilaksanakan, tapi tetap saja, Maria berusaha untuk menjalankannya.

Sebagai manusia kita tidak bisa melihat kedalam diri kita sendiri sacara objektif, walaupun begitu bila kita berusaha menjaga tingkah laku, cara bicara dan sikap kita secara positif, niscaya akan orang-orang sekitar akan merasa nyaman dan tidak memusuhi kita, begitu prinsip Maria.

Bertahun-tahun Maria selalu menjaga semuanya, demi Tuhan memberi kesempatan pada Maria untuk menjadi samana juga menjadi orang yang di cintai oleh lingkungannya. Cinta dalam hal ini bukan "LOVE" yang penuh nafsu, tapi cinta yang penuh kasih, saling menghargai, saling membantu, bisa mendengarkan orang lain juga saling peduli.

Dalam hati Maria berkata :"Jernih payah ku,selama ini belum di dengar oleh Tuhan, mungkin Tuhan mempunyai maksud lain, dengan adanya saya tetap dalam rumah tangga ini". Walaupun Maria sudah mendengar dan membaca dari beberapa buku, yang menganjurkan "yang memutuskan kehendakmu adalah dirimu sendiri". Maria tetap menanti "kesempatan" yang akan diberikan oleh NYA. Maria berpendapat bila waktunya tiba "semua akan indah jadinya".
Kapan waktu itu akan tiba ??? entahlah. Maria hanya bisa memohon semoga disegerakan datangnya waktu itu. Maria menginginkan hidup tidak sia-sia, baik untuk diri sendiri, agama juga orang yang Maria cintai.
Diposkan oleh maria_popa di 00.52 , Kamis 5 Agustus 2010.

Kisah Maria

Maria menikah dengan kenekatan yang mereka punyai berdua, karena hingga saat mereka harus berpisah, tak pernah ada persetujuan dari Orang Tua mereka berdua, terutama dari Orang tua Darwish, sedangkan Orang tua Maria akhirnya tidak bisa berbuat banyak, atas tindakan Maria itu.

Tuntutan Orang tua Maria untuk segera Maria menikah, karena Maria sudah di"langkahi"  Theresia, adik Maria selama 4thn, membuat Maria kebingungan. Bagaimana tidak bingung calon suami yang Maria ajukan belum diterima 100%, Maria coba ajukan seperti apa yang mereka inginkan pun, ada ketidak cocokannya juga, akhirnya Maria memaksakan diri, untuk tetap memilih calon terakhir. Bagaimanapun juga pilihan terakhir Maria ada memenuhi kriteria mereka, yaitu sudah lulus, lebih tua dan mempunyai masa depan yang bisa diharapkan.

Setelah perpisahan panjang yang mereka lalui [Maria dan Darwish], dan juga tidak pernah terpikir akan berjumpa lagi akhirnya mereka dapat bertemu lagi berkat bantuan sahabatnya waktu SMA, kemudian mereka bersepakat memilih hamil dahulu. Apa boleh buat tidak ada jalan lain.

Menjelang Maria pulang ke kota, Maria pergi kerumah Tuhan, Maria berdoa disana, tanpa terasa Maria menangis sampai terisak-isak, Maria tahu pilihannya pasti tidak di sukai siapapun, begitu juga oleh kedua belah pihak orang tua mereka. Mungkin sudah Kehendak Tuhan, di bulan berikut Maria hamil, dan hal ini Maria ceritakan pada Darwish, yang disambut dengan sangat bersuka cita oleh Darwish. Maria merasa menjadi wanita yang sangat beruntung dan berbahagia telah memilih Darwish sebagai calon suaminya.

Begitu kabar mereka sampaikan pada masing-masing Ortu. langsung pecah tangis , amarah dan air mata, mau di ingkari, semua sudah terjadi, anak dalam rahim harus mempunyai bapak, sedangkan disana sebagai pemilik anak laki-laki merasa berkwajiban anaknya harus bertanggung jawab. Akhirnya Orang tua Darwish melamar Maria, tapi pada saat menikah  Umi Darwish tidak mau hadir, Umi mengunci diri dalam kamar, dan Umi mengunci hatinya untuk beberapa tahun kemudian terhadap Maria.

Walaupun istilahnya calon Maria sebelumnya tidak disetujui, tapi dalam mengadakan upacara perkawinan, Ortu Maria menuntut berbagai acara, yang harus di biayai oleh Darwish. Hal ini memang sudah Maria ketahui pada saat Maria remaja. Siapapun yang akan menikah harus mempersiapkan biaya sendiri, tapi harus sesuai dengan ketentuan Ortu. Hebatkan Ortu Maria, semua anak-anaknya tidak dapat mengelak dari tugas ini. Untung ada Kak Lidya, Kakak kandung Maria yang cukup berada, siap membantu meminjamkan emas-emasnya untuk segala upacara agar dapat terselenggara dengan baik. kemudian Ortu Maria, membantu mereka dengan menyarankan pihak keluarganya datang tidak membawa bingkisan hadiah, tapi berupa sumbangan makanan ataupun minuman. Upacara pernikahan berjalan lancar dan meriah.

Kehidupan berkeluarga mulai Maria jalani dengan tetap berkegiatan sebagai mahasiswa tingkat akhir. Darwish tinggal di kota untuk mencari kerja dan hidup ikut orang tuanya. Sebenarnya Darwish punya backing orang kuat untuk masuk perusahaan bonafit, tapi Darwish punya prinsip ingin bekerja atas kemampuannya sendiri, sehingga Darwish harus cari kerja kesana kemari. Setelah Maria ajak bicara dari hati ke hati akhirnya, Darwish mau bekerja pada orang yang pertama melamar Maria, tapi waktu itu Maria belum berkeinginan menikah. Pria itu tidak dendam pada Maria malah membantu agar Darwish bekerja dan dapat menafkahi Maria. Maria sangat bersyukur Tuhan mengirim Pria baik itu dalam kehidupannya.

Setiap pulang kerja di tambang, Darwish selalu menjenguk Maria, hingga akhirnya  Maria melahirkan. Maria terpaksa melahirkan tanpa ditungguinya karena Darwish dipanggil ke kota untuk urusan kantor. Darwish datang tepat Maria menjelang pulang dari rumah sakit bersalin, tak dinyana teman kost Darwish, datang mencarinya dengan membawa mobil. Sungguh Tuhan memberi kemurahan yang tak terhingga untuk Maria.

Sehari setelah Maria tiba kembali di rumah, Helga [Kakak Maria] memberi tahu bahwa Darwish di PHK karena perusahaan bangkrut akibat devaluasi. Anehnya Maria tidak terkejut, dengan tenang Maria tanyakan pada suami, apakah benar kabar itu. Darwish hanya sanggup mengangguk, dengan cepat Maria timpalin, tidak perlu bersedih, Kakak-kan masih bisa cari kerja di tempat lain, entar Maria bantu dengan mengajar. Sehingga Maria mempunyai uang saku.

Maria seorang wanita optimis, tidak sedikitpun kesedihan yang terlintas dalam benak, tentang PHK Darwish. Hari-hari Maria jalani dengan gembira. Atas kasih sayang  Theresia, dia membantu mengajari Maria mengurusin bayi. Sayang Darwish berkelakuan tidak "sopan" padanya, terjadilah pelecehan itu. Dengan kelakuannya yang sengaja menabrak-nabrak Theresia seolah-olah tidak ada jalan lain, tapi sekaligus tangannya "menciwel paha" Theresia. Setelah 2 ato 3 kali berbuat begitu, Theresia yakin bahwa itu disengaja, kemudian Theresia bercerita pada Maria, dan pamit untuk tidak membantu Maria lagi. Maria sedih mendengar hal ini, yang sebenarnya Maria saksikan sendiri dengan matanya, seolah-olah  Darwish bercanda ternyata Theresia merasa dilecehkan. Ya tentunya begitu, mana ada Kakak Ipar sejahil itu kalo tidak mau di sebut KURANG AJAR.

Maria sampaikan pesan Theresia tentang ketidaksukaannya, dan Darwish mengingkari perbuatan itu, walaupun Maria sampaikan juga melihatnya langsung, tapi karena tidak Maria ucapkan langsung pada saat kejadiaan Darwish mengelaknya. Sejak itu Maria kurang percaya padaDarwish.

Sejak di PHK, Darwish sempat berkerja menetap di Pulau Irian, tapi tidak lama hanya 6 bulan karena tidak suka.
Setelah lulus kuliah, Maria mendapat pekerjaan pada perusahaan yang bergerak di bidang KONSULTAN, Maria di terima sebagai sekretaris. Kali ini Darwish tetap menjenguk Maria setiap 2 minggu sekali agar teman kerja tidak tahu bahwa Darwish sedang menganggur. Maria tidak ingin mendapat image bahwa sekretaris yang satu ini butuh uang dan kesepian bisa diajak kencan. Semua berjalan lancar hingga Darwish mendapat kerja di tempat semula, karena ekonomi negara sudah mapan lagi. Kemudian Maria diminta ke kota olehnya dan di kota Maria mendapat perkerjaan yang sama, hanya berbeda perusahaan.

Maria mengontrak rumah bersebelahan dengan kontrakan Ortu Maria, Maria lakukan hal ini agar anaknya ada yang ngawasi selama Maria kerja, kecuali pembantu, juga tempat kerja Maria semakin dekat.
Tak disangka masa jaya Maria berakhir dengan cepat, Maria jatuh sakit berkali-kali hingga membuat Maria harus mengundurkan diri dari bekerja, Maria tidak kuat untuk menahan nyeri yang berulang kali datang menyiksanya, disetiap saat.

Sejak Maria tidak bekerja peringai Darwish berubah, Darwish menjadi sangar, tajam lidah dan suka membentak, juga sangat hitungan dengan uangnya, menjadi sangat kikir.  Mungkin memang sebelumnya sudah kikir tapi karena Maria punya uang sendiri hal ini tidak terasa, yaa Maria mulai menghitung, benar Maria tidak mempunyai tabungan kecuali emas yang dibelinya bila mendapat bonus dari kantor. Berarti selama ini mereka lebih banyak hidup dari uang Maria.

Kata-kata makian semakin sering terlontar, kamu itu bodoh, tolol dan goblok dengan nada keras, mungkin sekampung juga dengar. Padahal begitu tiba di rumah Maria harus selalu siap menservisnya, sakit tidak sakit harus Maria laksanakan tugas itu. Kemudian setelah puas Darwish kerjain Maria, langsung minta laporan keuangan, yang akan menjadikan Darwish berkata-kata semakin kasar bila sisa uang hanya sedikit. Walaupun sering kali Darwish, diminta istirahat dahulu, besok saja memeriksa laporan keuangan oleh Maria, tetap kekeh Darwish berkata, :"saya belum capai masih bisa membaca sekarang". Itulah Darwish yang sekarang menjadi monster dalam hidup Maria.

Maria semakin terpuruk baik dengan penyakit yang sangat menghabiskan biaya, menyedot semua tenaganya, juga kelakuan Darwish yang semakin menjadi-jadi. Dalam dompet Darwish selalu tebal bila berangkat kerja dan akan sangat tipis pada saat pulang, padahal semua transport, penginapan dan makan sudah di biayai oleh kantor. Maria merasa Darwish selalu bersenang-senang di luar, kemudian marah-marah karena menutupi tingkahnya sendiri, agar Maria diam, membisu tidak berani bertanya. Sungguh Darwish sangat keterlaluan. Magda, Anak mereka selalu dibentaknya sehingga Magda sangat tidak menyukainya. Apakah ini Nasib ataukah Karma yang harus Maria lunasin ??? Maria tidak tahu kecuali pasrah dengan keadaan.

Diposkan oleh maria_popa di 00.51 , Kamis 5 Agustus 2010.