Sabtu, 15 Januari 2011

Masa Indah


Ditahun itu, Maria terpaksa ikut Ortu pindah kesuatu kota dipulau lain, dikarenakan menurut  kak Helga yang merasa lebih dewasa, usia Maria rawan untuk jauh dari pengawasan Ortu, walaupun di sekolah Maria tercinta ada asramanya. Sekolah yang tinggal 1 tahun lagi terpaksa  Maria tinggalkan, demi menuruti keinginan Kak Helga . Maria yang suka ketenangan selalu berusaha mengerjakan apa yang mereka inginkan dibanding Maria harus melawan mereka.

Rumah Tuhan yang senantiasa Maria kunjungi, dia tinggalkan pula dengan derai air mata, sudah berapa kali Maria kesana, tidak terhitung lagi jumlahnya, karena Maria sangat setia, tidak pandang hari, Maria berada dalam rumah Tuhan itu. Semua yang Maria cintai harus, dia tinggalkan demi seorang Kak Helga yang bawel "menutup" mulut. Padahal dalam hal bergaul dia tidak lebih baik dari Maria. Malah Maria menganggap dia "lebih berani", tapi Maria sebagai adik harus menurutnya.

Sebelum berangkat ke kota tujuan, Maria sempat sebulan di kota lain, main ke rumah Kak Lidya, seorang Kakaknya yang cukup berada. Maria menghabiskan waktu libur dibawah pengawasannya. Maria pencinta rumah, dia merasa seperti dirumah sendiri, rumah  adalah tempat bermain yang ideal buat Maria dan anak-anaknya Kak Lidya. Maria jarang keluar rumah, sampai Kak Lidya mengajak bermain volly atau sekedar menghirup udara kota. Kak Lidya pikir Maria akan jenuh bila hanya tinggal di rumah.

Begitu tiba waktu pindah, Maria pulang kekota asal hanya sempat semalam, langsung esoknya terbang ke pulau lain. Sesampai disana Maria tinggal di rumah seorang Kakak laki-lakinya yang bernama  Obadias  yang masih kuliah, sambil menunggu Ibu  Maria yang akan pindah beberapa bulan lagi. Ayah Maria kerja di kota lain yang sangat jauh dari tempat Maria akan menimba ilmu. Sama sajakan tetap tidak ada Ortu, tapi ada Kak Obadias.

Maria sempat syok dengan lingkungan Kak Obadias tinggal dan menu masakan mereka. Sangat jauh berbeda dengan sajian Ortu Maria, maklum beda bumbu. Berat badan Maria turun 5 kg, hingga Ibu Maria tidak kenal lagi pada saat bertemu lagi. Ibu Maria terisak saat melihat Maria  yang sangat kurus. Padahal Maria sangat senang dengan tubuh kurusnya, karena merasa selama ini selalu gagal dalam diet melangsingkan tubuh.

Kak Obadias terpaksa berkeliling mencari rumah Tuhan buat Maria. Mereka berbeda agama, memang keluarga Maria demokrasi sekali, jadi hal ini biasa saja. Begitu Maria tahu alamat rumah Tuhan, dihari kebaktian berikutnya sudah muncul disana. Maria yang super cuek [mungkin], merasa nyaman waktu masuk keruangan, tak ada keraguan, langsung mengambil posisi duduk tanpa bertanya-tanya dan mengikuti semua acara tanpa malu-malu. Apakah suara Maria terlalu keras ataukah pelan ?. Maria pribadi tidak begitu peduli, karena semua pikirannya terpusat pada doa-doa itu. Setelah selesai kebaktian, seperti biasa langsung pulang [mungkin juga kebiasaan jeleknya].

Menjelang Maria keluar dari pagar, seorang anak laki-laki [anak???] menyapanya, mengajak kenalan. Maria terkejut tapi senang . . . mmm cakep sekali cowok ini. [tentu dalam hati]. Mereka sempat bercakap sejenak dan Maria pamit pulang lebih dulu. Maria tidak terbiasa mengobrol sepulang kebaktian, biasanya di kota asal Maria mengobrol sebelum kebaktian, basa basi dengan teman2. Maria-kan, anak sibuk dengan berbagai tugas Rumah Tangga, jadi tidak pernah nyantai diluar rumah.

Perkenalan ini berlanjut dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Waktu ini Maria belum resmi jadi pacar Popa, tapi Popa selalu ada dimana Maria ada. Ada peristiwa yang sangat Maria ingat, ketika para remaja membuat acara piknik ke suatu air terjun yang indah dan ada kolam renangnya. Maria yang tidak membawa baju renang, hanya bermain air, pada sungai kecilnya, tak lama kemudian Popa hadir disebelahnya, tentu setelah Popa selesai berenang, sambil membawa rujak, dan mempersilahkan Maria makan satu piring dengannya. Maria malu sekali, malu sama teman, malu sama dia, sehingga Maria tidak dapat menikmati rujak yang disukainya itu. Entah apa pikiran teman-teman itu, atau apakah dia memang siramah yang baik hati, begitu pikir Maria. Yang pasti Maria sangat salah tingkah. Acara makan ikan bakarpun tiba-tiba membuat Maria segera merasa kenyang, karena Popa selalu ada disisinya. Ya ampun . . . gadis, kenapa kamu memalukan sekali, kayak belum pernah dekat sama mahluk yang bernama laki-laki, bisa salah tingkah begitu.

Sejak piknik itu mereka selalu semakin berdua, dan Maria resmi jadi pacar Popa, walaupun tak ada kata-kata "aku cinta padamu". Mereka ke rumah Tuhan bersama, bermain ke pulau yang lain, ke perpustakaan juga ketempat latihan olah tubuh bersama pula. Mereka berhujan-hujanan, berpanas-panasan, dengan sangat bahagia. Sekalipun Maria sering berpergian dengan Popa, hanya sesekali Popa mencium dan memeluk Maria dengan penuh lembut. Mereka hanya sering berpegangan tangan, saling mengenggam. Popa memang pemuda yang sopan dan pendiam. Hingga akhirnya mereka harus berpisah, karena Popa melanjutkan sekolah diluar pulau itu. Maria sangat sedih, sedih sekali hatinya harus berpisah dengan orang yang dicintainya, tapi Mereka selalu berkabar tentunya dengan saling surat-suratan. Dan akhirnya setahun dapat mereka lalui dengan baik dan Maria mendapat hasil nilai yang sangat baik pula. Maria kembali ke kota asalnya.

Maria sungguh mencintainya, Maria bahagia Tuhan memberi pacar orang yang seiman, yang cinta Rumah Tuhan , juga aktif di rumah Tuhan, apalagi sangat cakep dimata Maria. Hal ini sangat selaras dengan jiwanya. Maria dan Popa di baptis bersama. Masing-masing  mendapat nama baru dari "guru" yang mereka cintai.
Diposkan oleh maria_popa di 10.27, Kamis 5 Agustus 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar